Minggu, 27 Januari 2008

Gereja ST.Thomas Rasul Bedono

Photobucket

DUA MACAM HARI SABAT

Di antara orang Yahudi penyucian hari Sabat, hari Tuhan, itu
pada mulanya suatu kegembiraan, tetapi terlalu banyak rabbi
terus memasukkan tambahan satu demi satu, bagaimana itu
harus dilakukan secara tepat, tindakan apa yang diizinkan,
hingga sementara orang merasa hampir tidak bisa bergerak
sepanjang Sabat, kalau salah satu peraturan mungkin bisa
dilanggar.
Photobucket


Baal Shem, putra Eliezer, banyak memikirkan hal ini. Pada
suatu malam ia bermimpi. Seorang malaikat membawa dia ke
surga dan menunjukkan dua takhta ditempatkan tinggi
mengatasi lainnya.

"Bagi siapa itu diperuntukkan?" ia bertanya.

"Untuk engkau," jawabnya, "jika engkau menggunakan
akal-budimu, dan untuk orang, yang nama serta alamatnya
sedang ditulis dan akan diberikan kepadamu."

Lalu ia dibawa ke tempat paling dalam di neraka dan
ditunjukkan dua tempat kosong. "Ini disiapkan untuk siapa?"
ia bertanya.

"Untuk engkau," jawabnya, "jika engkau tidak menggunakan
akal-budimu: dan untuk orang, yang nama dan alamatnya sedang
ditulis untuk engkau."

Di dalam mimpi Baal Shem mengunjungi orang, yang akan
menjadi temannya di firdaus. Ia menemukan dia bermukim di
tengah orang kafir, tak tahu menahu tentang adat Yahudi, dan
pada hari Sabat, ia mengadakan perjamuan dengan banyak acara
gembira, dan di situ semua tetangga kafir diundang. Dan
ketika Baal Shem bertanya, mengapa ia mengadakan perjamuan
itu, ia dijawab: "Aku ingat, bahwa waktu kecil aku diajar
orangtuaku, bahwa hari Sabat itu untuk mengaso dan
bergembira, maka pada hari Sabtu ibuku itu menghidangkan
makanan paling mewah: di situ kami bernyanyi, menari dan
bergembira. Aku berbuat yang sama pada hari ini."
Photobucket
Baal Shem mencoba mengajar orang itu tentang cara menghayati
agamanya, sebab ia lahir Yahudi, tetapi ternyata sama sekali
tidak tahu tentang peraturan para rabbi. Tetapi ia terdiam
kelu, ketika menyadari, bahwa kegembiraan orang tadi pada
hari Sabat akan terganggu, jika ia disadarkan akan
kekurangannya.

Baal Shem, masih dalam mimpinya, lalu pergi ke rumah
temannya di neraka. Ia menemukan orang itu sebagai penganut
Hukum ketat, selalu waspada, jangan ada tindakannya yang
tidak tertib. Orang celaka itu setiap hari Sabat hidup
kalut, seakan-akan ia duduk atas api membara. Ketika Baal
Shem mau memperingatkan dia akan perbudakan Hukum,
kemampuannya untuk berbicara hilang, karena ia sadar, bahwa
orang itu tidak akan mengerti, bahwa ia bisa berbuat salah
dengan menepati peraturan agama.

Berkat pewahyuan yang diberikan kepadanya lewat mimpi, Baal
Shem Tor mengembangkan cara baru untuk kebaktian, di mana
Tuhan disembah dengan gembira, yang datang dari hati.


Jika orang bersukacita ia selalu baik, tetapi bila mereka
baik, mereka jarang bersukacita.

(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)

Rabu, 16 Januari 2008

Gereja Hutan

Pada suatu waktu dulu, ada hutan, di mana burung-burung
bernyanyi di waktu siang, dan serangga di waktu malam.
Pepohonan tumbuh segar dan bunga-bunga berkembang dan segala
macam mahkluk berkeliaran dalam kebebasan.

Dan semua orang, yang masuk di dalamnya, masuk dalam
kesunyian, tempat kediaman Tuhan, yang bersemayam dalam
keheningan dan keindahan alam.

Tetapi kemudian tiba masa ketidak-sadaran, ketika menjadi
mungkin bagi orang untuk membangun gedung seribu kaki
tingginya dan merusak sungai dan hutan dan gunung dalam
sebulan. Lalu rumah-rumah ibadat dibangun dari kayu-kayu
hutan dan dari batu-batu di bawah tanah hutan. Kubah, menara
dan puncak menara menjulang tinggi di langit. Udara penuh
dengan suara dan lonceng, dengan doa dan nyanyian dan
khotbah.

Dan Tuhan tiba-tiba tak punya rumah.

(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ, Penerbit Kanisius,
Cetakan 12, 1996)
Photobucket

Doa Sang Katak

"HATIKU TELAH MENCAPAI GUNUNG TERLEBIH DAHULU"

Seorang pengembara tua sedang dalam perjalanan menuju
pegunungan Himalaya pada musim dingin yang menggigit saat
mulai hujan.

Seorang pengurus rumah penginapan berkata kepadanya.
"Bagaimana engkau dapat sampai di sana dalam cuaca seperti
ini, saudaraku?"

Pengembara tua itu menjawab dengan gembira: "Hatiku sudah
lebih dulu sampai di sana, sehingga mudah bagi saya yang
tersisa ini kemudian mengikutinya."

(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)

Mudika Bedono Mau kemana ?

Baru aja kubuka mata sesaat matahari terbit
ah... biasa !!!
kemarin juga gitu,
"tapi kok masih seperti ini ?"
ah... biasa !!!
kemarin juga gitu,
coba ku langkahkan kaki ini
ah... biasa !!!
kemarin juga gitu,
.......... lalu kapan berubah menjadi lebih baik ?

aku jadi teringat kata-kata bijak dari TDW
"Bila saya mengerjakan sesuatu yang sama terus menerus,
hasilnya juga akan tetep sama.
Sehingga untuk menjadi yang OUTSTANDING,
SAYA HARUS MELAKUKAN PERUBAHAN YANG NYATA! SEKARANG!!!

Photobucket

Posted
< Leonardus Kristi Ary Munanto Wulu >
e : ariaku12@yahoo.com
m : IM3 43350088