Jumat, 29 Mei 2009

PASKAH LINGKUNGAN SANTA THERESIA BEDONO

Perayaan Paskah merupakan perayaan yang tidak kalah bermaknanya dengan perayaan Natal. Maka untuk memeriahkan Paskah 2009, Lingkungan Santa Theresia Bedono mengadakan 2 kegiatan. Kegiatan ini diawali dengan lomba yang melibatkan semua warga lingkungan dari anak-anak sampai yang sepuh-sepuh pada tanggal 5 April 2009. Beragam lomba diadakan untuk menanamkan dalam pikirannya bahwa kerja sama diperlukan untuk mencapai cita-cita yang diharapkan yaitu menjadi juara. Lomba yang diadakan juga dapat menghibur mereka yang melihat, karena membuat mereka terpingkal-pingkal melihat keunikan-keunikan gaya peserta lomba.

Kegiatan dilanjutkan Minggu, 12 April 2009 dengan Pentas Seni. Diawali dengan pementasan band Ndaru cs dan dilanjutkan pementasan drum band SD Kanisius Bedono. Alunan musik drum band yang dibawakan, mampu menyedot perhatian dari warga sekitar di lingkungan Santa Theresia. Acara diteruskan dengan sambutan dari Romo Koko, Dewan Paroki, Bapak RW, dan ketua panitia. Pembagian hadiah dan doorprise menjadi acara selanjutnya ditutup dengan hiburan organ tunggal.

Untuk acara pentas seni diundang warga sekitar baik yang seiman maupun yang berkeyakinan lain. Harapan dari panitia mengundang warga sekitar yang berkeyakinan lain, adalah melestarikan dan mempererat tali persaudaraan lintas agama seperti yang menjadi tema APP tahun ini.

Semoga kegiatan seperti ini tidak berhenti dan selalu ada dengan bentuk yang lain sehingga menumbuhkan semangat kebersamaan untuk berbagi dengan sesama dalam segala hal.

Puji

MENGHARGAI PERBEDAAN

( APP KAUM MUDA MATER DEI )

Mendengar kalimat itu mungkin terkesan naif. Apalagi yang menyampaikan hanyalah seorang anak muda. Komentar bernada sumbang pastilah akan bermunculan. Mana mungkin… ?? Apakah bisa……?? Itulah segelintir pertanyaan yang akan muncul di benak kita. Namun tak ada salahnya bila kami sebagai kaum muda mencoba untuk mengkikis opini tersebut. Seperti yang dilakukan oleh Mudika Mater Dei Bedono dalam APP tahun ini.

Berawal dari adanya keinginan untuk mempererat tali persaudaraan dengan umat berkeyakinan lain, maka timbullah gagasan untuk berbagi rasa dengan umat muslim yang berada di sekitar Bedono. Awalnya sempat muncul keraguan, apakah bisa ? Akan tetapi dukungan dan dorongan yang luar biasa dari warga Lingkungan Mater Dei membuat keraguan itu menjadi sirna. Walaupun hanya 15 orang yang kami kunjungi, ternyata aksi kami mendapat tanggapan yang sangat positif dari umat muslim.

Sedangkan bentuk kegiatannya sendiri sangatlah sederhana yaitu membagikan sembako kepada mereka. Aksi nyata tersebut dipandegani oleh 6 sekawan yakni si kenes Dewi, Joko white, Cagun, Anjas, Daniel, dan si imut Meika.

<> Dari kegiatan tersebut kami bisa menyimpulkan bahwa ternyata perbedaan itu merupakan anugerah terindah yang sudah sepantasnya wajib kita syukuri. Selain itu kami juga bisa belajar untuk peduli dan berinteraksi sosial dengan umat lain sehingga kerukunan hidup antar umat beragama bukan hanya teori semata tetapi betul – betul nyata adanya. Semoga......
<>Sigit

PROFIL KETUA WILAYAH ST. MARIA

Gereja Katholik Paroki St. Thomas Rasul Bedono, secara geografis terdiri dari beberapa wilayah. Salah satunya adalah wilayah St. Maria Ratu Rosario, yang mempunyai kapel di dusun Sadang. Wilayah St. Maria Ratu Rosario sendiri terdiri dari gabungan Lingkungan Rejosari, Sadang, Gintungan, Kalipucung, Sodong 1, Sodong 2, GTG, dan Dlimas. Tiap lingkungan dikoordinir oleh ketua lingkungan, dalam koordinasi ketua wilayah.

Sosok ketua wilayah St. Maria Ratu Rosario (wilayah Sadang) lahir pada 25 Maret 1954. Beliau diberi nama Wahyono, dengan nama permandian Yohanes; jadi lengkapnya Yohanes Wahyono. Sebelum mempunyai 3 orang anak yang kesemuanya adalah cowok. Pak Yono (nama panggilan) menikah dengan Yuliana Tri Silowati.

Bapak yang berprofesi sebagai Kepala Sekolah ini, saat ditemui di kediamannya (RT 05 RW 02 Desa Rejosari) mengatakan kesan selama menjadi ketua wilayah adalah “ MUMET “. Ketika Senthir bertanya kenapa mumet dan penyebabnya apa, beliau menjawab yo pokoke “ MUMET “.

Kesan Ketua Wilayah terhadap paroki mandiri St. Thomas Rasul, khususnya dilihat di wilayah Sadang yang disampaikan ke Senthir adalah : rukun, demokratis, diberdayakan sesuai dengan bidangnya, semangat umat meningkat. Bukti dari semangat umat yang meningkat dan dorongan Romo yang antusias dapat dilihat secara nyata dari prosentase kehadiran umat dalam peryaan ekaristi yang meningkat dan juga telah dibelinya sebidang tanah yang nantinya akan didirikan bangunan fisik gereja di wilayah Sadang.

Bapak yang memiliki diameter perut di atas rata-rata dan bisa dibilang lambang kemakmuran ini juga memiliki penilaian terhadap Romo paroki kita. Romo Koko memiliki koneksi luas, semangat, blak-blakan, antusias, seneng guyon. Cuma satu kekurangan Romo Koko di mata orang awam, tapi menurut kita adalah keharusan, bahwasanya “ Arepo nggantenge koyo ngopo romone dewe tetep ra payu rabi “. Itu celoteh Pak Yono terhadap Senthir sambil terkekeh.

Beliau berharap terhadap OMK sebagai generasi penerus gereja sudah semestinya tidak bergantung pada kaum senior, seandainya mengadakan kegiatan mestinya disesuaikan dengan porsinya dan dengan tetap memperhatikan kehidupan pribadinya (contoh : sekolah, kerja). Namun beliau juga memberi dukungan kepada OMK untuk berlatih berorganisasi yang baik demi masa depan pribadi, gereja dan masyarakat.

Pak Yono melihat bahwa kehidupan sosial masyarakat di paroki kita ini, masih ada yang perlu ditingkatkan. Salah satunya adalah perlu menjalin hubungan sosial kemasyarakatan antar se-paroki, terlebih di saat ada umat yang meninggal dunia.

Sebagai media komunikasi bagi umat se-paroki, Senthir diharap menampilkan pembahasan Kitab Suci, rubrik anak, rubrik kaum muda (bukan biro jodoh hehehe…), rubrik khusus liturgi dan teologi (contoh : simbol, alat, dan gerak liturgi beserta maknanya, arti praktis dan teologi sakramen gerejani).

<>
<> Tinus

LINGKUNGAN SANTO PAULUS WAWAR KIDUL

Lingkungan Santo Paulus berdiri sejak tahun 1997,tepatnya pada tanggal 29 Juni 1997 (pesta nama pelindung). Sebelum berdiri sendiri, lingkungan ini bergabung dengan lungkungan Wawar Lor, tetapi dengan adanya perkembangan umat, baik di Lingk.Wawar Lor maupun di Wawar Kidul maka dibentuklah lingkungan Wawar Kidul ini dengan mengambil nama pelindung yaitu Santo Paulus. Nama pelindung ini diambil dari nama permandian orang Katholik yang pertama kali di Wawar Kidul yaitu Paulus Suyud. Alasan menggunakan nama pelindung ini, antara lain untuk mengenang sejarah yang berharga ini di dalam kehidupan gereja.

Letak geografis lingkungan ini berada di sebelah utara gereja induk, kurang lebih 2 km jauhnya. Lingkungan St. Paulus terletak di dusun Wawar Kidul dengan batas utaranya adalah lingkungan Yohanes Pembabtis yang berada di dusun Wawar Lor. Lingkungan Gratia yang terletak di dusun Bedono Krajan menjadi batas di sebelah timur dan sebelah selatan berbatasan dengan dusun Lendoh, sedangkan batas sebelah barat adalah dusun Bulusari yang letaknya cukup jauh dengan lingkungan St. Paulus ini, jadi wilayahnya cukup besar/luas.

Sejak berdirinya sampai sekarang, lingkungan ini sudah mengalami banyak perubahan misalnya saja dalam hal kepengurusan. Pergantian pengu-rus sudah terjadi sebanyak 2 kali. Diketuai oleh FX. Suwito Ratmonohadi dibantu oleh Heribertus Fajar sebagai sekretaris dan Triwuryani sebagai Bendahara. Selain itu masih ada beberapa pengurus yang lain yaitu Tim Liturgi oleh Ac. Harmiyati dan Tim Pewartaan oleh Ig. Purwitohadi. Di dalam perkem-bangannya, lingkungan ini sudah bertambah pula jumlah umatnya ditandai dengan adanya baptisan dewasa berjumlah 4 orang dan baptisan bayi. Jadi sampai sekarang jumlah umat di lingkungan ini ada 14 KK dengan jumlah umat sebanyak 41 orang, terdiri dari 22 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Dari jumlah ini, 85% diantaranya sangat antusias mengikuti kegiatan maupun pertemuan yang dilaksanakan setiap hari Selasa II dan Selasa IV. Ini menunjukkan bahwa umat di lingkungan St. Paulus mempunyai semangat yang luar biasa di dalam kehidupan menggereja. Mereka mudah jika diajak berkomunikasi dan mudah menerima masukan yang tentunya baik bagi perkembangan pribadi khususnya dan lingkungan pada umumnya.

Adapula kendala yang terjadi di lingkungan ini. Yang pertama karena sebagian besar usianya sudah lanjut, sehingga dalam melaksanakan tugas yang diberikan gereja, kadang mengalami kesulitan. Akan tetapi hal ini tidak menjadi masalah yang berarti, malah justru membuat bertambahnya semangat pelayanan terhadap sesama dan gereja. Misalnya saja ketika mendapat tugas koor, bisa dilihat cukup banyak juga yang bertugas karena dari yang terkecil sampai kakek-kakek juga ikut berpartisipasi di dalamnya. Yang kedua kemampuan keuangan juga sangat terbatas sehingga apabila dalam kegiatan yang berhubungan dengan keuangan lingkungan ini kurang bisa berpartisipasi dengan baik

Di dalam rumah tangga gereja, lingkungan ini juga berperan seperti daharan romo dan hias altar. Mengingat hal tersebut lingkungan mempunyai harapan, jika mungkin diberikan tugas salah satunya saja. Harapan yang lain semoga kedepan lingkungan ini berkembang lebih baik melalui kerasulan doa dari seluruh umat. Syalom.

Koko

Nyanyianku

Berkah Dalem,

Aku ingin nyanyi,

burung kakak tua hinggap di jendela,

nenek sudah tua masih banyak bicara.

Aku mengucapkan terima kasih kepada kaum muda yang telah mencetuskan buletin Senthir yang sangat berguna. Siapa dulu dong Romonya! Termasuk nenek, ikut ikut semangat. Mau tidur masih ada bacaan. Mau duduk manis, e kok ada pengasah otak (e semangat muda ni ye). Kaya iyak-iyaka. Kalau namanya musium itu sudah tidak berguna kan? Hanya pengingat-ingat. Tapi si nenek ini usil, dianggap musium masih tidak mau, padahal benar-benar sudah tidak berguna.

E, ngomong-ngomong di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono ini, pengurus dewan paroki hebat dan lihai semua, kemajuannya pesat, apalagi kaum mudanya, apalagi sudah menumbuhkan 3 imam SJ, 2 imam OMI, 1 imam Pr dan sebentar lagi 2. Mungkin entah kapan mau tumbuh lagi, dari semangat kaum muda banyak yang mencoba ke seminari akhirnya tidak kuat, Tuhan belum memanggil. Tapi setidak-tidaknya jebolan seminari itu sudah terdidik rohaninya. E lupa, susternya ada 5 orang, dari hasil doa bapak ibu yang tiap Sabtu pertama keluarga biarawan-biarawati pada berkumpul berdoa dengan bergantian tempat. Kami tawarkan agar bapak-ibu, saudara-saudari, Suster ikut bergabung berdoa pada Sabtu pertama. Kami percaya dengan sumbangan doa, makin erat karya biarawan-biarawati.

Ini nenek punya usul, meskipun buletin Senthir sudah kaya karena menggratiskan buletinnya, berapa ratus saja yang harus dikeluarkan, dan bersumber darimana? Seandainya dipungut biaya berapa saja, lumayan untuk bantu ongkos cetak, umat pada mau kok. Kan jer basuki mawa bea dalam bahasa Jawa. Tutup kata, bila ada pembaca yang tersinggung mohon maaf.

Ibu Ag. Mardiatmaja

Lingkungan Mater Dei

MISATHORA ?????

Sebagai salah satu bagian dari perayaan ekaristi, aku termasuk yang paling penting. Tanpa aku suatu perayaan ekaristi tidak akan berjalan lancar. Sebener’e seneng lho bisa jadi aku selain sering nampang di depan, kali-kali kita juga dapet berkah lebih. Ya jadi aku itu emang gak gampang pa lagi waktu pertama kali bertugas pasti deg-degan. Tapi kalo udah biasa ya gampang. Tetapi aku di paroki kita tercinta ini termasuk yang kurang diperhatikan. Misalnya saja soal alat-alatku yang sudah rusak dan kurang, keperluan misa yang sudah agak rusak, dan laen-laen.

Apalagi soal kepengurusan yang baru dibentuk, wuih... isinya anak SMP yang masih bau kencur, kebayangkan ribetnya kepengurusanku. Selain yang telah disebutkan diatas ada neh satu masalah lagi yaitu anggotaku sangat minim. Anggotaku sekarang ini nggak lebih dari 20. Hal itu menyebabkan sebagian yang ada harus bertugas lebih dari satu kali. Trus kalo begitu gimana dengan regenerasiku pasti agak sulit. Mungkin hal ini tidak hanya terjadi di paroki kita saja, mungkin di stasi lain juga banyak.

Jadi kami mohon dukungan bapak ibu untuk ambil bagian dalam kelangsungan pelayanan misa dengan cara memberi dukungan kepada putra-putrinya untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan ke-gereja-an dalam pelayanan misa. Disinilah awal kaum muda memulai karyanya yang akan terlibat dalam pengembangan umat.

Harapan ini akan lebih mujarab dan laku dikalangan umat apabila romo dalam khotbahnya mengiklankanku, pasti akan muncul generasi yang tak akan pernah habis, jangan seperti jamur di musim hujan. Pas misa besar kemruyuk, dan pas misa biasa susahnya minta ampun.

Eee... Aku bilang seperti ini tidak ngoyo woro tapi cita-citaku paling tidak diantara generasiku ada 10% yang menjadi biarawan-biarawati yang sudah terbiasa naik-turun altar bisa dilihat dari peran sertanya di Gereja dalam karya pelayanan.

“MISATHORA” kuwi “MISDINAR SANTO THOMAS RASUL”

Patrick, Lingkungan Cicilia 711

DITERIMA DAN DIAKUI

Melelahkan namun memuaskan”, gumam Kancil pelan, setelah beberapa saat bangun, di samping Tono yang masih terlelap walau terikat di sampingnya. Sementara Tini sudah beberapa hari ini bebas dari ikatan karena dia barusan melahirkan 6 anak. Beberapa kelonggaran dia dapatkan, walau untuk sementara, untuk mengurus anak-anaknya yang masih butuh perhatian dan perawatan.

Semalam adalah malam Paskah yang meriah namun tetap dalam suasana khidmat. Sayang ya aku tidak bisa mengikuti Misa di Sadang atau Nawangsari, ingin aku bisa mengikuti apalagi merasakan suasana keseharian di sana, namun nggak tahu, kapan bisa kesampaian. Yah semoga tidak lama lagi niatku kesampaian, sehingga aku bisa buat rerasan bersama Tono dan Tini, tidak hanya di sekitar pasturan, tetapi juga di Nawangsari atau Sadang juga. Untuk semuanya harapan kami sih tetap memakluminya.

Misa malam Paskah semalam memang cukup mengesankan. Mas Moko cs memang kebangeten sih, mosok buat tulisan kok kecil-kecil nggak bisa dibaca umat dari jarak agak tengah, apalagi bagi yang duduk di belakang, lebih lagi yang duduk di luar. Untung Tante Jati dan Suster mampu menyemarakkan altar dengan tata bunganya, yang cukup menutup kekurangan dekorasinya Mas Moko cs. Kesemarakan altar ternyata merupakan awal dari kesemuanya, angkat jempol 4 kaki saya (atau tangan ya, ya adanya ini sih) untuk Mudika yang semakin membuat suasana misa terhayati oleh umat.

Bolehlah saya omong tentang koor mudika ini, yang secara pribadi (saya kan juga punya pribadi) sangat terkesan. Boleh juga ada yang menilai lain, toh itu haknya. Biasanya sih ada yang pengin melihat kekurangan, kekeliruan, atau kesalahan tehnik lain; dan menilai berdasar kekurangan saja memang mudah banget kok.

Bolehlah melihat, Mas Gatot yang cukup kerepotan kehilangan nada yang pas untuk solis litani, Sisca yang pede-pun nggak bisa manjangin napas untuk alleluya, untung pemotongan napasnya cukup mengelabuhi kemegap-megapannya.

Memang tidak lepas dari suasana liku-liku jalannya latihan, perhatian saya tentang mudika ini. Sampai setengah bulan menjelang Paskah, koor ini nggak jelas jluntrungan-nya. Yang kumpul hanya segelintir, bermacam alasan masuk akal menjadi hal yang harus dimaklumi. Untuk ketegaran Om Bokir cs, mampu memaksa kawanan Mudika seminggu tiap hari tanpa henti latihan.

Dengan sentuhan keras Pak On (yang pasti kalau tidak terbiasa, bikin mutung orang), mampu membawa hasil yang maksimal. Lebih kompaknya para pemusik sejak awal cukup menggairahkan, mendayunya flutenya mbak Olga, petikan senar Gusti cs, mampu menggantikan nada-nada gamelan, juga menghentaknya iringan Halleluya Handel, mampu membawa umat umat bak menikmati philharmony orchestra di gereja Lendoh ini.

Lalu apa yang bisa dipetik dari peristiwa ini? Banyaklah kalau mau dicoba ditelaah secara detail! Bisa orang menganggap adalah hal yang biasa. Toh setiap hari raya kan harusnya begitu, harus ada yang mau kerja keras untuk bisa dinikmati umat. Hasil koor yang bagus bisa dinikmati selama misa, tetapi setelah misa, ya lupakanlah. Bahkan kotbah romo yang sangat baguspun kadang hilang tidak mencapai satu hari singah di hati. Lalu apa yang didapat dari sebuah kerja keras ini? Kepuasan sesaat?

Memang sebenarnya butuh sekali hasilnya adalah dampak di kemudian hari. Dampak bagi umat yang semakin tergugah dan terbentuk iman yang semakin berkembang. Sedang bagi pelaku (baik Romo atau petugas liturgi dalam hal ini), diterima dan diakui sudah cukuplah! Kalaupun hal inipun sulit didapat, masih berlakulah ungkapan manis yang cukup bisa diharapkan : Upahmu Besar di Surga!

Salam Kancil

PRIMO DILUCULO

Kawan-kawan seperjuangan dalam perjalanan menuju kehidupan kekal. Orang-orang dewasa ini cenderung ingin praktis, cepat dan enak, tanpa memperhitungkan proses mengawalinya. Dalam kisah penciptaan alam raya, Tuhan pun mengawali karya-Nya dengan kata-kata “ Pada awal mula… “ hingga sampai pada hari ke tujuh istirahat. Bukti lain dalam karya-Nya, Tuhan Yesus selalu mengawalinya dengan doa, naik gunung mencari tempat yang sepi. “ Pagi-pagi benar Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana”(Mrk. 1:35). Waktu masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Bagaimanakah dengan diri kita, apakah kita sudah mengawali hari ini dengan doa?

Primo diluculo yang artinya di awal sekali atau pagi-pagi benar dan masih gelap. Istilah ini kiranya paling tepat untuk selalu ingat akan doa di awal hari. Cara bagaimana saya bersyukur dalam permohonan di awal hari “Primo diluculo”. Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita menghadapi suatu permasalahan yang berat harus diselesaikan, maka saya berpijak dari sabda Tuhan dalam Mazmur 121, pertolongan yang datang dari Tuhan. Saya keluar antara jam 01:00 sampai 04:00 pagi untuk berdoa sebagaimana Tuhan Yesus lakukan dalam Mrk 1:35. Yang aku doakan cukup pendek dan sederhana, karena Tuhan Yesus menghendaki seperti anak kecil jika ingin mendapatkan kerajaan Allah (Mat. 19: 14)

Bapa kami 1x

Salam Maria 3x.

Bapa di surga dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan atas kuasa Roh Kudus aku mohon : ......…..

ditutup Alleluia Amin, sambil mengangkat tangan menengadah ke langit untuk dapat merasakan, mengalami, dan menerima kerahiman dari kemuliaan Allah. Sebagaimana Tuhan Yesus selalu mencari tempat yang sunyi, suasana tenang untuk berbicara dengan Bapa-Nya. Suasana tenang memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan Allah dengan fokus.

Hal ini dapat juga dilakukan di pagi hari sebelum bangun tidur, saya dapat merasakan begitu dekat dengan Allah, begitu masuk dalam kemuliaan-Nya, begitu nyambung komunikasinya, begitu indah suasananya, tenang, dan fokus. Apa yang saya perbuat :

o Pertama ada kesadaran untuk bangun tetapi mata tetap terpejam.

o Kemudian aku membuat tanda salib

o Aku menyatukan jari antara ibu jari dengan jari telunjuk sambil membuat anchoring (kata kunci) “ TUHAN YESUS “

o Aku langsung masuk Alfa dan tetap dalam gelombang otak ( brain wave )

o Kemudian aku sampaikan sapaan kepada Allah dengan

Bapa kami 1x

Salam Maria 3x

Bapa di surga dalam nama Tuhan Yesus dan atas Roh Kudus aku bersyukur atas kelimpahan berkat dan rahmat-Mu di seluruh hari ini, sebutkan berkat apa saja yang diinginkan untuk seluruh hari ini, visualisasikan = gambarkan apa yang menjadi keinginan-keinginan kita semakin jelas semakin bagus. Tuhan Yesus bersabda “ Jikalau kamu berdoa meminta sesuatu, bayangkan apa yang kamu minta sudah ada dalam tanganmu”. Tuhan ingin menyatukan tentang iman. Percayakah kamu? atau malah bimbang dan ragu. Apa yang kamu minta pasti dikabulkan. Tutup dengan tanda salib dan mulai buka mata pelan-pelan dan tersenyum sendiri untuk menyambut hari baru, hari yang dianugerahkan Tuhan Yesus pada kita.

Kawan-kawan se-Bapa, kata syukur adalah doa yang penuh iman dan indah. Belajar bersyukur mungkin salib bagi beberapa orang untuk mengucapkannya dalam segala hal, tetapi jika hal itu sudah mendarah daging maka secara otomatis keluhan-keluhan akan hilang dan hidup penuh dengan suka cita, selalu berpikir positif. Saya melatih otot syukur dengan mengucap terima kasih puji Tuhan :

o Pada saat bangun tidur aku katakan terima kasih puji Tuhan.

o Pada saat kaki menapak lantai

o Pada saat berjalan ke kamar mandi, pada saat ganti pakaian, pada saat sarapan selalu saya katakan terima kasih.

Singkat kata kegiatan / aktivitas di seluruh hari itu selalu saya katakan terima kasih puji Tuhan.

Pada saat saya melakukan ini semua, saya sempat bertanya dalam hati “ Mengapa ini saya lakukan “? Di kemudian hari saya menemukan jawabannya.

Jika kawan-kawan se-Bapa ingin melakukan dan belum menemukan jawabannya maka tunggu di edisi berikutnya. Ingat Primo diluculo ingat doa syukur di pagi hari, apa lagi syukur itu dipersatukan dalam perayaan Ekaristi Harian di pagi hari, sungguh-sungguh merupakan peristiwa syukur yang luar biasa. Tuhan hadir secara nyata dalam Tubuh dan Darah Kristus. Dalam Yoh. 10 Tuhan bersabda “ Aku datang kepadamu, supaya kamu memperoleh hidup dan mempunyainya dalam kesimpulan…”

Jika kita selalu berpikir dan percaya akan kelimpahan maka kita akan menerimanya, tetapi jika kita berpikir tentang kekurangan maka kita akan menerima kekurangannya.

Perayaan Ekaristi adalah peristiwa melimpahnya segala berkat Rohani yang berdampak pada jasmani pula. Saya ingat kata-kata wasiat untuk saya dari Romo Wakers, SJ “Dadekna mis suci iku dadi sumbering uripmu “. Mengikuti misa di awal hari merupakan tanda iman dalam mengandalkan kuat kuasa Allah untuk seluruh hari itu. Selamat menikmati kehadiran Tuhan.

Barang siapa berdoa, saya juga berdoa,

barang siapa tidak berdoa, saya tetap berdoa

karena doa adalah kekuatan yang luar biasa

Kentuk R.

Foto foto outbound

Outbound Mudika

Sabtu, 09 Mei 2009 gereja Bedono yang biasanya sepi kembali diramaikan oleh mudika, karena pagi itu kami akan berangkat ke Kopeng untuk mengikuti kegiatan Outbound. Jam 07.00 kami berkumpul di gereja untuk daftar ulang dan packing perlengkapan yang harus kami bawa. Setelah daftar ulang selesai kami langsung menuju ke transportasi andalan kami yaitu truk yang sudah menunggu kami. Sebelum berangkat kami diberkati oleh Romo Koko biar selamat sampai tujuan. Kali ini truk lumayan kosong karena peserta Outbound ini hanya sedikit tidak seperti waktu rekoleksi di Kalikuning, Jogjakarta. Hanya ± 35 peserta saja yang mengikuti acara ini. Yang menjadi pertanyaan panitia kenapa yach kok pesertanya cuma dikit ?? Apa mudika kita dah berkurang? Atau karena masing – masing dari kita punya kesibukan yang ga bisa ditinggalkan?? Padahal acara ini berguna banget lho bagi organisasi dan kehidupan pribadi kita kelak.

Perjalanan kali ini dipenuhi dengan canda tawa dari peserta yang sudah tidak sabar untuk sampai ke Kopeng. Pemandangan yang sangat indah bisa kami nikmati sepanjang perjalanan, karena kami melewati Telomoyo. Udara dingin mulai kami rasakan tapi tidak membuat kami lesu. Sekitar jam 09.00 kami sampai di Umbul Songo Kopeng, sebuah tenda dengan ukuran 12 x 3 m sudah menunggu kami. Udara yang cukup dingin membuat kami bermalas - malasan beranjak ke tenda. Tapi kami sudah ditunggu oleh Tim Outbound dari UKSW yang sudah siap dengan game – gamenya. Kegiatan pertama yang kami ikuti adalah perkenalan peserta dengan Tim Outbound kali ini dipimpin oleh Bu Mbak Tutuk (duh sampe bingung mo panggil bu / mbak ya ma bu dosen satu ini) salah satu dari Tim Oubound.. namanya bukan Mudika bila tidak diselingi dengan guyonan.

Setelah perkenalan selesai tim outbound mulai membagi kami dalam 4 kelompok dengan dipandu oleh mas Wawan ( red tim outbound ). Ada yang beda dalam pembagian kelompok kali ini, setiap kelompok wajib memberi nama kelompoknya dengan nama binatang. Kelompok pertama dipimpim oleh mudika veteran kita mas Pujek dengan nama kelompok PRECIL, kelompok kedua dikomando oleh Beni dengan nama kelompoknya KODOK, kelompok ketiga yang dimeriahkan oleh Diaz dengan nama kelompok TOKEK dan kelompok terakhir dengan nama kelompok ANJING yang dikuatkan oleh Jalu. Setelah terbentuk kelompok, selanjutnya tiap kelompok menyuarakan yel – yel yaitu suara binatang yang menjadi nama kelompoknya. Gemuruh tawa dan suara riuh meramaikan Kopeng pagi itu. Sebelum melanjutkan game berikutnya peserta dipersilahkan menikmati snack terlebih dahulu untuk mengisi perut yang mungkin masih kosong.

Terdapat 15 games outbound yang harus dilahap semua peserta selama dua hari kegiatan outbound. Semua kegiatan diikuti para peserta secara berkelompok karena yang ditekankan dalam outbound ini salah satunya adalah kerja team.

Game pertama yang kami ikuti adalah All Standing Up dalam game ini peserta diminta untuk duduk saling membelakangi dengan kaki lurus ke depan dan tidak boleh berpegangan, setelah itu peserta diminta untuk berdiri secara bersamaan tanpa ada peserta yang terjatuh. Hampir semua kelompok berjalan lancar kecuali kelompok yang dipimpin oleh mas Beni. Badan Beni yang gedhe membuat anggota kelompok harus kompak dan menjaga strategi agar peserta bisa berdiri semua. Jatuh…. jatuh….. dan jatuh lagi… tapi berkat semangat dan teriakan dari kelompok lainnya, kelompok KODOK bisa menyelesaikan game ini dengan sukses.. Makna dari game ini adalah mengajarkan kami bagaimana menghargai kelebihan dan kekurangan anggota kelompok. Menerima kritik dan juga saran dari anggota kelompok.

Masuk ke game kedua, apa ya nama game ini. Kami menyebut game ini adalah bola sumpit. Tugas kami dalam game ini adalah mengantarkan bola pingpong secara estafet dalam kelompok masing – masing sampai ke kotak yang sudah disediakan kira – kira berjarak 5 meter. Medan yang kami lalui tidaklah gampang karena harus naik ke bukit. Kelompok TOKEK adalah kelompok pertama yang bisa mengantarkan bola pingpong dengan waktu terpendek. Sorak gembira terdengar begitu keras. Kami mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dalam game ini bagaimana melatih kesabaran dan konsentrasi.

Setelah capek dengan maen sumpit, maka game dilanjutkan dengan game yang diberi nama lingkaran kaki. Dari namanya mungkin game ini menakutkan. Dalam game ini peserta diikat kakinya antara kaki kanan dan kaki kiri begitu seterusnya hingga semua anggota kelompok terikat. Selanjutnya setiap kelompok diminta untuk melewati setiap lingkaran yang telah disediakan dengan cara bersama – sama satu kelompok dan kaki tidak boleh keluar dari lingkaran. Kali ini ada yang lucu lho.. salah satu peserta saking semangatnya sampai celananya sobek hehe.. Game ini mengajarkan kita perlunya seorang pemimpin dalam suatu organisasi dan kerja sama tim yang baik akan memberikan kesuksesan dalam kelompoknya.

Kira – kira jam 12 siang perut kami udah terasa laperrrr banget, panitia pun udah nyediain makan buat kami lho.. nasi bungkus special telur udah nunggu kami.. langsung dech kita lahap bareng – bareng dengan tangan kotor ga jadi masalah. Hampir satu jam kami istirahat, tim outbound udah kembali mengumpulkan kami dan membagi kami dalam pos – pos game. Pos pertama adalah game Ranjau Darat dan Coblos Kentang, udah tau belum nich game apa ya??? Kelompok Tokek adalah kelompok pertama yang memainkan game ini… seru banget lho sampe ada yang protes ke tim outbound karena mereka merasa diurik’i.. game ini belajar tentang mengelola daya ingat, konsentrasi, percaya pada anggota kelompok, memanage waktu.. asyik berguna banget buat kehidupan kami kelak nih, game ke dua coblos kentang, walaupun sekarang dah jamannya contreng tapi kali ini kami maen coblos coblosan. Pola permainan game ini adalah kami harus menoblos kentang yang masih mentah dengan menggunakan sedotan bayangkan tuh betapa susahnya. Tapi ternyata gampang lho setelah kami berpikir dan berpikir, hanya dengan menutup sedotan bagian atas dengan rapat – rapat kentang udah bisa di coblos dengan sukses, ya makna dari game ini adalah mengajarkan pada kami cara mengatur strategi untuk memecahkan suatu masalah secara bersama – sama dalam satu kelompok atau kelak dalam organisasi.

Pos kedua yang kami mainkan adalah game Spider Web dan Trust Fall. Game spider web berupa permainan menyeberangkan semua anggota kelompok ke sisi yang bersebrangan melalui sebuah jaring laba-laba raksasa. Kerja sama team yang bukan hanya bekerja bersama dan satu rasa, namun juga dilandasi dengan sebuah kesepakatan atas strategi bersama.Kali ini kelompok anjing menjadi kelompok pertama yang memainkan game ini. Tapi ada yang lucu dan menegangkan dari game ini adalah ketika kelompok Kodok mulai mencoba masuk di jaring – jaring di spider webnya. Bayangkan saja badan segedhe Beni bisa masuk jaring – jaring kecil itu, pastinya butuh pengorbanan dari anggota kelompok dan juga semangat dari teman – teman kelompoknya. Tapi akhirnya bisa lho, kalo pengen liat jelasnya liat aja di foto – foto kami pasti seru dech. Habis itu ada game lain lagi yaitu trust fall game ini mengajarkan pada kami untuk percaya dengan orang lain dan melawan ketakutan pada diri kami sendiri.

Masuk pada pos ketiga, nama game ini adalah Mancing dan lempar air. Tapi harus tertunda beberapa menit karena hujan deras menghampiri kami. Kami langsung masuk tenda dengan suasana riuh karena air masuk semua ke tenda, tapi kami kan anak – anak cerdas tanpa disuruh pun kami langsung bergegas meminjam pacul ke rumah penduduk, untuk membuat parit di samping tenda. Uhhh akhirnya air ga masuk ke tenda. Setelah ujan agak reda kami kembali ke game lagi lho, dengan semangat 45 kami langsung menghampiri pos – pos permainan. Pos ketiga yang kami ikuti adalah mancing dan lempar air. Mancing bukan sembarang mancing lho… mancing adalah game yang mengharuskan tiap kelompok membawa bola pingpong dalam lempengan plastik yang di lempengan diberi tali panjang sebanyak 7 tali. Kami harus memegang di ujungnya dan bola tidak boleh jatuh. Medan yang harus dilalui saat membawa bola itu harus naik turun bukit dengan berbagai rintangan. Makna dari game ini adalah melatih kesabaran, belajar dari kesalahan terdahulu, menentukan strategi serta melatih komunikasi. Dalam pos ini juga ada game lempar air yang bermakna komunikasi, kesabaran dan ketelitian.

Selanjutnya ada game yang ga kalah seru yaitu game Titanic dan Train Ballon. Game Titanic adalah menurut Mas Totok game satu ini adalah game yang paling ia tunggu – tunggu karena pengen Titanic dengan Mbak Nana ( Wawar ).. Strategi menjadi modal utama untuk menyelesaikan game ini. Untuk game Train Ballon setiap kelompok harus jalan beriringan dengan menggunakan balon di antara peserta satu dengan yang lainnya dan tidak diperbolehkan memegang balon tersebut dengan menggunakan tangan. Jika balon jatuh maka tiap kelompok harus mengulangi dari awal lagi. Kesabaran dan kekompakan adalah strategi yang harus digunakan agar bisa sampai finish.

Kelelahan hari ini ini dan udara malam yang dingin tidak membuat kami tidak bersemangat. Malam itu panitia berhasil mendatangkan pembicara yang cukup handal dalam keorganisasian. Banyak pelajaran yang kami dapatkan dalam game – game hari ini. Banyak pesan – pesan yang disampaikan oleh Bu Tutuk yang membuat kami menjadi lebih mengerti kehidupan organisasi dengan dipandu oleh Mas Pujek. Di sela – sela keheningan malam dan dinginnya udara di Kopeng, kami kedatangan tamu istimewa yaitu Romo Koko dan Pak Santoso, tapi malam kami tidak bisa menyambut dengan riang karena sudah banyak yang tidur hanya jagung bakar yang menyambut Romo dan Pak San.

Malam semakin larut tapi masih banyak clemongan – clemongan dari Mudika, yang membuat kami harus terus tertawa terpingkal – pingkal. Dasar anak muda, dikasih waktu tidur malah tingkahe macem-macem wae. Mulai dari maen kartu, sms’an. Mas Agus jadi nggak bisa tidur karena situasinya berisik banget. Yo salahe dewe acarane anak muda kok ikut yeeee…. (jangan kapok). Salah satu yang menjadi bahan guyonan adalah Norbeth. Putra dari salah satu ketua lingkungan yang biasanya terkenal dengan sikap diamnya, malam itu menjadi primadona karena berhasil membuat peserta tertawa. “Wellco” panggilan yang diberikan untuknya karena kepolosannya.

Akhirnya pagi tiba, dengan sedikit gerimis dan udara yang begitu dingin membuat kami malas untuk beranjak dari tenda dan selimut kami. Sebelum memulai kegiatan hari ini kami pun sarapan dengan nasi goreng. Acara pertama yang kami lakukan adalah berkumpul di depan tenda dan melakukan pemanasan karena hari ini kegiatan kami adalan game – game yang berat. Pemanasan kali ini dipandu oleh Mas Ambon dengan gayanya yang khas, pemanasan dengan gaya yang agak ga jelas hehe.. maklum instruktur gadungan jadi gerakane aneh – aneh yang penting happy.

Kegiatan hari itu agak terganggu karena hujan yang sangat deras turun. Akhirnya kegiatan kami pun sempat terhambat. Tapi kami tidak patah semangat, kegiatan selanjutnya tetap kami lakukan yaitu jalan-jalan yang jaraknya sekitar 8 km dan berlanjut dengan flying fox ( meluncur dari ketinggian ). Hal yang ingin ditanamkan disini adalah bahwa apapun tantangannya sebenarnya dapat diatasi bila mempunyai keyakinan diri untuk mengatasinya, wah hebat ya.. yang jelas suatu masalah itu harus dihadapi tetapi jangan pernah lari dari masalah. Yang paling menegangkan dari game ini adalah menunggu Beni melakukan flying fox. Bisa dibayangkan Beni dengan badan besarnya meluncur dari ketinggian. Tapi berkat kerja keras dan kerja tim outbound yang sudah profesional Beni pun dapat meluncur dengan sukses walupun harus mendarat di kolam renang hehe.. oya Mas Agus pun tidak kalah dengan Mudika lho, ikut – ikutan maen flying fox. Meniti juga menjadi game yang menarik ketika hampir semua peserta tidak bisa melewati tali dengan selamat artinya mereka harus terjatuh ke kolam.

Akhir acara pun selesai. Sebelum pulang kami mendapatken beberapa pesan - pesan dai Bu Tutuk yaitu jangan pernah berpikir kalo kita tidak bisa, karena yang menyebabkan kita gagal meraih sesuatu adalah pikiran itu sendiri. Tunjukkan kalo kita punya semangat yang tinggi!!!!!!!!! “ doa penutup menjadi acara paling akhir sebelum kami meninggalkan lokasi. Oya selain acara ini berguna bagi organisasi mudika kita; acara ini ternyata juga menjadi biro jodoh hehe,, biasa anak muda!!

Ok.. jangan pernah menyerah untuk memajukan mudika kita dengan kegiatan – kegiatan yang berguna. Amin

Liza n Diaz

Facebook

TEmen- temen,
Mudika Bedono sudah buat user di facebook. Silakan cari aja. Selamat bergabung.
BD.