Minggu, 28 Juni 2009

RERASAN SI TONO, TINI, DAN PLONTANG

RERASAN SI TONO, TINI, DAN PLONTANG

PETRUS THUKUL, ASAL PAROKI NAWANGSARI


Kenalkan, aku Petrus Thukul, tempat tinggal di Pasturan Nawangsari.

Jangan rendahkan aku, walau aku sebagai piaraan dan penjaga pasturan. Namaku keren kan, maklum yang kasih nama bos-bosku para kawula muda gereja. Nama asliku sebenarnya Noben (ah lebih keren ta!). Kakek nenekku dulu berasal dari keluarga pasturan juga. Kata orang-orang sih nama moyangku dulu Tono dan Tini. Dulu mereka tinggal di pasturan Bedono, di Paroki tetangga Nawangsari. Lha namaku Noben, katanya dulu di Pasturan Bedono ada aktivis yang ukurannya badannya extra-extra besar, tetapi tokoh aktivis kaum muda jaman itu yang loyal dan banyak peran serta di kegiatan kaum mudanya, namanya Beni. Lha untuk kenang beliau, karena tubuhku bunder walau kecil, aku dikasih nama Noben, alias nom-nomane beni.

Sekarang ada nama baru lagi untukku Petrus Thukul, yah mungkin dihubung-hubungkan dengan bau gerejalah. Konon dulu waktu kakek nenekku Tono dan Tini; yang berkarya di Gereja Bedono adalah Romo Koko. Seorang Romo yang besar jasanya bagi perkembangan Gereja Bedono. Beliau sangat meng-umat, mampu membawa energi untuk membangkitkan semangat umat dalam menggereja. Walau begitu kadang keluar juga pisuhan kenthalnya kalau lagi jengkel. Kalau lagi tidak berkenan, atau sekedar guyonan, sering keluar dari suara khasnya kata-kata pethuk. Lha untuk mengenang beliau dalam hal kecil dan sedikit negatif ini, aku diparabi Petrus Thukul, perpan-jangan dari kata Pethuk. Tapi baiklah, soal nama nggak usah diperpanjanglebarkan, anggaplah informasi yang dipantes-panteskan saja, semoga beliau-beliau yang mendengar jangan tersinggung, tapi ambil nilai postitifnya saja. Dalam kesempatan ini aku mau kenalkan sedikit gambaran tentang Gereja Paroki Nawangsari tempat saya tinggal ini.

Gedung Gereja tidak banyak berubah sejak dibangun dulu. Dari bangunan awal pernah direhab oleh perencanaan Mbah Nardi cs. Saat ini diubah lagi lewat tangan-tangan sukarelawan yang mau peduli pada gereja ini. Kalau dulu bisa dijadikan kolam renang bagian tengahnya karena lebih turun dari kelilingnya, sekarang sudah dira-takan. Bangunan dipoles dengan aksen minimalis modern yang dikombinasikan dengan batuan alam, sehingga suasana back to nature sangat kental dan terpenuhi bagi umat pengguna gereja yang pengin kembali ke nuansa ini.

Lingkungan mungkin tidak banyak berubah, hanya saja sekarang Romo Paroki lebih padat jadwal kunjungan ke keluarga. Memang lingkungan jadi tambah banyak walau KK per lingkungan hanya sedikit. Jadwal kunjungan saat ini sampai Tukbugel, sebagian Njlamprang Wetan, Ngguyang-warak, Pijahan, Seworan, Kali Pucang, sampai sekitar Pagonan. Komunikasi bukan jadi halangan lagi, tehnologi komunikasi sangat mengumat di Paroki ini. Maklum, dulu kaum muda sini sangat mudah diorganisir, mudah berkumpul karena orang tua dan keluarga mendukung. Salah kalau dulu kata Eyang Pujik Bedono susah komunikasinya. Tapi nyatanya lain, para keluarga tidak menghalangi bahkan mendukung semua kegi-atan kaum muda, tidak ada rasa curiga, tetapi semua kompak, mau kumpul bersama, berbagi penga-laman dan pengetahuan terutama tentang perkembangan tehnologi komunikasi yang saling isi. Sehingga gaptek bukan lagi kendala di Nawangsari ini. Sekarang segala info, undangan, dan macem-macem kebutuhan komunikasi, sudah on-line di semua keluarga. Jadi tidak ada alasan lagi bagi keluarga atau person yang tidak tahu informasi.

Dalam Bidang Liturgi dan Peribadatan bukan hal sulit lagi. Semua yang mendapat tugas membantu Liturgi dalam hal apa-pun bukan menjadi beban, tetapi sudah menjadi kebanggaan. Jadwal peribadatan sangat bervariasi, ada misa suasana klasik dengan Gregorian, kadang nglaras madya yang dulu katanya kekaremane eyang buyut Purman, kroncong, atau kerawitan dan ada suasana anak-anak setiap misa minggu gembira. Romo membebaskan seluruh umat mau mewarnai ibadat dengan warna apapun sepanjang tidak melewati peraturan pokok ketataliturgian. Misa dalam hari Minggu hanya dua kali, Minggu pagi bahasa Indonesia, dan untuk Sabtu sore giliran, bahasa Jawa untuk umat yang ingin meles-tarikan budaya nenek moyang, dan Sabtu depannya bahasa Inggris, sehingga para tamu Penginapan Losari bisa bermisa di Gereja Nawangsari, atau kadang bahasa daerah lain lagi, agak tergantung asal daerah mana tamu yang banyak menginap di hotel saat itu.

Bidang pewartaan berjalan cukup baik. Kegiatan berjalan sesuai program, dan semua umat dan pengurus lingkungan langsung tanggap bila program-program pengajaran mesti jalan. Tidak ada lagi misal ada info bulan ini akan ada krisma atau komuni pertama, umat di lingkungan belum menang-gapi, dan para katekis dan ketua lingkungan baru sadar dan tergo-poh-gopoh karena jadwal sudah dekat tetapi belum bertindak apa-apa, sehingga langkah instant dipermaklumkan.

Pelayanan kemasyarakatan dan bidang oraganisasi jalan baik pula. Kaum muda yang selalu menjadi warna penyemangat kegi-atan gereja selalu sigap dan men-jadi ujung tombak dewan paroki. Bagi Lansia tidak perlu prihatin, pendampingan dari berbagai bi-dang sangat terpenuhi. Bagi orang tua (yang tidak perlu nunggu sudah merasa dipinggirkan) bisa meng-ikutinya. Bahkan kesinambungan program dari pasutri (pasangan suami istri) baru, pasutri dengan anak yang sudah mentas saling menyambung. Jadi yang masih umur 45 tahun pun bisa ikut kegiatan lansia, karena kegiatannya begitu variasi, menyegarkan, dan menumbuhkan semangat hidup tinggi dengan banyak sekali pela-yanan dan hubungan luas teman-teman para tua. Saya juga agak heran begitu pedulinya anak-anak muda terhadap keperluan para sepuh-sepuh ini. Banyak bidang pewartaan lain yang tidak kalah dengan lansia ini, tetapi mungkin tidak bisa saya utarakan satu demi satu.

Kepengurusan Dewan Paroki sudah mendapatkan sertifikasi SIMAK (sistem managemen keuskupan –Cuma ngarang-) sejenis sertifikasi ISO waktu lalu. Jadi Paroki Nawangsari mudah diakses, memasyarakat sosial, ber-tanggung jawab seutuhnya kepada umat dan Tuhan; dengan sistem online turut program keuskupan.

Mungkin baru ini ya pamer Petrus Thukul sepintas tentang Paroki yang aku tempati ini, bolehlah pembaca menyikapi dengan banyak macem hal, tetapi harapan saya, ya selamatkan saja saya bila

dampaknya menggugah hal yang tidak menyenangkan saya, karena saya dengar dulu keluarga kakek saya Kancil jadi korban Mbah Ndol, tanpa ada kesalahan apapun, tanpa persidangan langsung ditangkap dan dimasukkan mobil.

Salam Petrus Thukul

Tidak ada komentar: