Minggu, 28 Juni 2009

SEKAR PEPUDYAN



Apalagi ini?

Memang keberadaannya boleh dibilang abstrak. Di struktur organisasi DP pasti tidak akan ada. Di paguyuban menggereja di Paroki Bedono juga tidak jelas. Tetapi antara ada dan tiada, kehadirannya yang bisa dianggap nuansa, kadang mampu memberi energi bahkan bagi warna musik liturgi di gereja ini.

Hal sesungguhnya Sekar Pepudyan (SP) adalah nama ter-samar dari paguyuban non formal penggemar nyanyi di gereja Bedono yang tidak mengikat, namun kadang dibutuhkan. Cerita asal muasal keberadaan SP, mungkin bisa dirunut dengan melihat perjalanan dan perkem-bangan koor di gereja masa lalu.

Koor terbentuk karena tugas kelengkapan dan sarana ibadat. Sampai pertengahan tahun 60-70-an, bagi yang masih ingat, para petugas koor sampai hapal betul menyanyikan lagu Gregorian. Sekitar tahun 70-an sejak Konsili Vatikan II, lagu-lagu berbahasa daerah muncul , dengan materi terbatas. Teks koor oleh semacam Mbah Deli ditulis di kertas manila, dan dipasang di jlagragmade in Pak Slamet Bogo; untuk dinyan-yikan koor bersama dengan tuding kaya anak SD diajari membaca oleh guru.

Sekitar tahun 80-an sekumpulan anak muda Ngangkruk yang berhobi jrang-jreng namun aktif dalam tugas gereja, mulai menguthak athik lagu dengan aransemen sebisanya. Masa-masa itu buku nyanyian masih sulit di dapat, terutama mungkin jalur distribusi gereja belum diketahui sama sekali. Karena lagunya hanya satu suara diaransemen sendiri jadi paduan. Karena lagu-lagunya hanya bahasa Indonesia, kalau tugas koor bahasa Jawa, ya nerjemahkan dulu. Karena kehabisan materi, lagu pop-pun dinyanyikan dalam koor misa. Karena tidak tahu masa liturgi, maka semua lagu asal dirasa pantes dinyanyikan. Sampai akhirnya ditegur salah satu Romo tentang tidak cocoknya materi lagu pada misa; baru tahu ternyata ada ta, pakem di liturgi.

Perkembangan gereja-gereja di lingkungan sekitar, sering mengajak gereja kita untuk lomba koor. Dari sering turutnya lomba, ternyata semakin membuka mata kita tentang perkembangan koor di gereja-gereja lain. Dari pengalaman awal kita ikut lomba koor antar gereja di Katedral Semarang, dimana hanya dengan modal nekat, misal adanya seragam ya yang masing-masing punya yaitu putih hitam (baju putih pun ternyata ada yang putih tua, putih muda, bahkan ada yang sakunya ada bed nama tempat sekolah) belum lagi sampai Semarang masih terheran-heran sama padatnya Tugu Muda, mesti harus lomba dengan yang cukup professional, baik dari Kudus, atau Semarang sendiri. Sampai akhir-akhir yang lalu ikut lomba antar gereja, makin terperangahlah kita tentang perkembangan musik gereja. Yah memang saudara kita Kristen jujur lebih jauh di depan tentang hal ini.

Personil koor yang ikutpun setiap tampil selalu beda, karena seperti paguyuban kaum muda, selalu ada, selalu keluar, dan selalu masuk; selalu hilang, selalu datang.

Karena dalam setiap lomba kita diwajibkan memberi data termasuk nama kelompok, ya terpaksa kita cari-cari sendiri tanpa restu Dewan Paroki waktu itu. Nama yang awal digunakan adalah RISSONORA, pada waktu nama pelindung paroki kita Regina Pacis. Setelah pelindung gereja kita kembali ke St. Thomas Rasul, sangat lama vacum kegiatan kelompok koor ini. Pada 25 Juli 2006, kita-kita diminta mewakili Kabupaten Semarang untuk lomba koor 56 tahun Jawa Tengah; dan saat inilah kita menamai diri SEKAR PEPUDYAN. Lomba selanjutnya yang diikuti juga baru sekali yaitu Lomba antar Gereja se Jawa Tengah dan DIY di UKSW (dies emas UKSW). Dan setelah itu pudar sampai saat ini.

Banyak usulan dibangkitkan kembali tetapi banyak halangan, ya sekedar namalah yang menjadi background pembicaraan kalau kita bicara tentang koor. Masalah pengembangan selanjutnya, sam-pai saat ini belum ada jluntrung-nya.

Namun dengan melihat kebutuhan gereja, dan rasa tanggung jawab personil yang masih mau cawe-cawe di musik liturgi, akhir-akhir ini timbul banyak rerasan, yang siapa tahu ada yang mau dan berkenan menanggapi lebih positif. Langkah pertama sehubungan dengan rencana kebutuhan dana bagi pembangunan gereja, dengan naungan yang sama, mencoba mengumpulkan balung-ucul, coba kumpul-kumpul mencari hal yang positif. Ide selanjutnya mungkin mau ngumpulkan anak-anak untuk mencoba mendidik bersama menyanyi lebih baik untuk tugas koor atau kebutuhan lain.

Dan yang jelas kami tawarkan kepada semua lingkungan di Paroki St. Thomas Rasul, yang pengin dibantu membentuk atau latihan koor paduan, jangan sungkan-sungkan kami sangat-sangat bersedia semampunya membantu. Satu-satunya harapan kami adalah paduan suara / koor lingkungan di tugas misa semakin baik, penuh keyakinan bisa nyanyi, dan nantinya merasakan bahwa tugas koor bukan lagi beban, tetapi kebanggaan! Dan yang lebih penting bahwa ternyata tugas koor itu “ membahagiakan “ atau puas bagi kita masing-masing.

Marilah kita bentuk kemampuan kita untuk bernyanyi semakin berkembang, sehingga kita semakin mampu mengagungkan kebesaran Tuhan! Nama Sekar Pepudyan biar tetap tinggal diantara ada dan tiada, yang penting kita perbanyak komunikasi. Kontaklah kami bila kami dibutuhkan, bisa ngontak Pak On, Pak Haris, Pak Pri, Mas Pujik, Mas Koko, atau siapapun, atau bisa minta tolong sekretariat pasturan (mas Widodo), semoga kami bisa menjawab dengan lebih positif.

Totoks

Tidak ada komentar: