Rabu, 23 September 2009

Satu Tahun Apa Artinya?

Banyak hal sudah dibuat untuk mempersiapkan kedatangan tanggal 30 Agustus 2009. Rapat-rapat persiapan juga sudah dibuat. Berbagai macam lomba liturgi dan olah raga telah dilaksanakan. Umat lingkungan dan wilayah sibuk mempersiapkan berbagai tampilan acara. Beberapa umat tampak sibuk bekerja bakti membersihkan dan menghias gedung gereja. Mudika pun sibuk mempersiapkan susunan acara serta dekorasi untuk memeriahkan hari itu.
Pagi itu, tenda-tenda sudah terpasang di sekeliling bangunan gereja induk. Kursi plastik tambahan sudah tersusun rapi di bawahnya. Peralatan band sudah siap dimainkan di atas panggung yang dihiasi balon biru serta berbagai macam gambar dan tulisan. Berbagai macam hadiah sudah disediakan bagi para pemenang lomba dan doorprice.
Perarakan para imam dan misdinar memasuki bangunan gereja, tanda dimulainya perayaan Ekaristi. Hari itu sungguh istimewa. Bahkan, perayaan Ekaristi hari itu dipimpin oleh tiga imam, Rm. Riyana Prapdi, Vikjen Keuskupan Agung Semarang, Rm. Agus Rukmana, OMI, yang jauh-jauh pulang dari Pakistan, serta romo paroki Bedono sendiri, Rm. Koko. Hari ini menjadi puncak perayaan HUT paroki yang pertama paroki St. Thomas Rasul Bedono.
Di balik kemeriahan hari itu, banyak hal dapat direnungkan. Jika dibandingkan dengan seorang bayi, satu tahun berarti usia di mana ia sudah mulai lancar berjalan dan berbicara. Begitu pula tampaknya perjalanan paroki St. Thomas Rasul Bedono ini. Banyak pembaruan dibuat di dalam kerja dewan paroki. Banyak pula trobosan kegiatan yang dibuat bagi umat. Belum semua berjalan sesuai yang diharapkan, dan memang tidak semua hal dapat berubah secara instan. Bahkan bayi yang baru belajar jalan pun kadang juga terjatuh. Tapi proses berjalan dan belajar itu harus terus berjalan. Tentu, seluruh umat berharap bahwa seiring berjalannya waktu, paroki ini dapat tumbuh, berkembang dan berjalan dengan lebih baik lagi.
Pada bagian penutup khotbah perayaan Ekaristi pagi itu, Rm. Vikjen menyinggung tentang usia paroki Bedono ini. Memang, sejak diresmikan menjadi paroki mandiri, paroki Bedono baru berumur satu tahun. Tapi sebagai sebuah paguyuban, umat paroki Bedono sudah berdiri selama 48 tahun. Tahun ini, bangunan Gereja Bedono berusia 49 tahun. Artinya, sebelum menjadi paroki mandiri, selama 48 tahun iman paguyuban umat Bedono sudah digodog di dalam rahim Bunda Gereja untuk sampai pada kedewasaan iman. Tentunya, pengalaman digodog ini tidak seluruhnya menyenangkan tapi diperlukan. Sebagaimana Gatotkaca juga perlu digodog di dalam kawah Candradimuka untuk sampai pada kedikdayaan yang sempurna.
Mendengar pujian dari Rm. Vikjen itu, semoga umat paroki Bedono tidak kemudian menjadi besar kepala dan tinggi hati. Bahkan menjadi semakin rendah hati, dan dapat membuktikan apa yang dikatakan Rm. Vikjen walaupun baru satu tahun menjadi paroki mandiri, umat paroki Bedono ini memang sudah memiliki kedewasaan dalam iman. Artinya, umat dapat semakin teguh di dalam iman, giat di dalam kegiatan menggereja, baik itu di dalam lingkup paroki, wilayah, lingkungan. Kuat di dalam doa baik itu di bersama-sama di dalam keluarga dan juga secara pribadi.
Semoga satu tahun bukan menjadi titik mandeg umat, merasa diri sudah cukup berkembang. Semoga kemeriahan perayaan ulang tahun paroki tidak membuat silau mata hingga tidak dapat melihat apa yang masih perlu dibenahi di dalam kehidupan menggereja di paroki ini. tetapi justru dapat memberikan energi baru untuk terus mengembangkan iman menuju kedewasaan iman yang sungguh.Sebagaimana minuman anggur yang semakin tua menjadi semakin enak, semoga umat paroki St. Thomas Bedono ini semakin tua juga dapat semakin dewasa di dalam iman dan semakin giat di dalam kegiatan menggereja. Selamat ulang tahun.
-Bee

Tidak ada komentar: