Selasa, 10 November 2009

MANTRA

Hong wilaheng semprong bolong randha ayu
Sundel bolong melua uwong, randha ayu melua aku
Salah satu mantra asal bunyi dan guyon, yang nada dan isinya agak dimirip-miripkan paranormal kala merapal mantra. Entah untuk maksud dan tujuan apa, setiap paranormal atau dukun berkarya, selalu ada ucapan mantra atau ucapan sejenis lainnya; namun yang pasti ada hubungannya dengan misteri. Secara riil di kehidupan ini mantra dan paranormal sudah umum ada di masyarakat. Dunia mistik tidak bisa lepas di masyarakat baik yang masih berbudaya lokal kuat, maupun yang sudah berkehidupan modern. Di masyarakat Jawa, dunia mistis ini hidup bahkan mendarah daging (ya mungkin pengaruh suasana kraton), tentunya bagi masyarakat katolik-pun tidak bisa menutup mata, bahwa hal ini masih ada. Lalu salahkah hal ini bila berkembang?
Alam mistik mungkin terbentuk karena manusia sendiri ada di kehidupan tiga dimensi, sedangkan kehidupan lain sudah hidup pada dimensi empat atau lebih (petrus thukul asal saja membuat definisi sembarangan, othak-athik gathuk-asal nyambunglah / jadi ya boleh dipaido). Kemampuan manusia hanya dibatasi oleh ruang tiga dimensi. Dalam Doa Syahadat, kita juga mengakui bahwa Allah menciptakan makluk di bumi ini baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Oleh karena itu bisa dianggap yang tidak kelihatan tersebut adalah kehidupan di dimensi lain, misal dimensi empat, dimana mereka bisa tahu kita dan kita tidak bisa tahu mereka. Maka kadang ada anggapan Sang Pencipta ada diatas dimensi yang tertinggi, kaya apa itu yang nggak tahulah. Dimensi kecil tidak bisa mengikuti dimensi di atasnya, namun dimensi besar bisa mengetahui dimensi di bawahnya (yak-e). Tetapi karena kemampuan beberapa orang yang melebihi orang normal (maka disebut paranormal – keliru nggak ya, apa mestinya tidak para abnormal) antar manusia dan makluk ciptaan lain bisa saling komunikasi. Maka dugaan kiamat pada ramalan yang tahun 2012, bukan hancurnya kehidupan, melainkan adanya kehidupan baru dengan meningkatnya dimensi kehidupan yang saat ini tiga dimensi (nggak usah dipikir nemen-nemen, wong ini cuma tulisan ringan saja) menjadi kehidupan baru empat dimensi atau lebih. Dalam pemahaman Gereja pengalaman mistik / mistisisasi adalah pengalaman khusus dan mendalam akan kesatuan dengan realitas ilahi dan pemahaman mengenai realitas itu, yang dianugerahkan secara bebas oleh Allah. Dalam Gereja yang punya pengalaman mistik biasanya mereka yang memperhatikan doa dan peka terhadap kehadiran Allah dalam hidup mereka ( misalnya santo-santa: Fransiskus Asisi, Ignatius Loloya).
Sewaktu Petrus Thukul diajari nyopir, oleh yang nglatih diberitahu, bila kita melewati jembatan terutama yang sungainya besar, atau melewati pohon besar, kita mesti bunyikan klakson atau lampu dim, tanda permisi pada yang nunggu jembatan atau pohon besar (lha kok gitu ya, tapi nyatanya karena terbiasa ya ritual permisi ini selalu jalan). Air kebutuhan sehari-hari orang Bedono bagian Wetan diambil dari mata air Jerukwangi (yang merupakan bantuan APP tahun 70-an), ada pesen dari yang kawogan, bila cuci alat-alat dapur tidak boleh langsung lewat aliran langsung (maksudnya yang nyenthur langsung), tetapi harus diwadahi ember dulu baru digunakan, kalau tidak yang tunggu sumber air sana bisa marah, dan dibuat masalah sumber airnya. Kita sering dengar orang yang mau minta rejeki tanpa berkarya (halal), membuat perjanjian yang bermacam-macam dampak dengan yang mau kasih; yang salah satunya setelah mati harus mau tunggu satu tempat atau jadi apa gitulah. Mungkin di alam mereka wujudnya hampir sama dengan kehidupan manusia saat ini, ada yang perintah ada yang diperintah, ada yang atur, ada yang diatur, dan lain sebagainya. Di Kitab Suci yang mau diwartakan penginjil adalah kuasa Yesus: bahwa roh jahat ada, tetapi selalu kalah oleh Tuhan Yesus.
Kalau kita mau menggunakan sarana baru, misal mobil baru, disamping diberkati doa, juga diberi sarana penyelamatan yang mungkin tidak masuk akal, misal ditempel jarum emas di salah satu bagian, bahkan kadang berlian bagi mobil mewah. Mau menolak? Biasanya sih kita njur ikut-ikutan. Waktu Petrus Thukul masih seneng sepak bola, sering diberi sarana (biasanya lawe dipakai waktu pertandingan, atau makan telur yang telah dirapal mbah dukun) agar bisa bermain maksimal, syukur menang. (mau nggak ikut ya sungkan, wong teman lainya ya melakukannya). Bahkan dalam satu hari yang dianggap naas, masuk lapangan bolanya harus mundur, wah aneh-aneh saja. Ajimat atau jimat (barang siji sing paling dirumat) adalah sarana yang umum dibakukan oleh orang-orang dalam melakukan sesuatu yang dianggap sebagai penambah keyakinan menyelesaikan atau menangani suatu hal. Misal untuk mengobati orang sakit dengan keris pusakanya, menggunakan batu granit (misal) untuk mengusir setan. Ya itulah riil yang ada di masyarakat yang tidak bisa dipungkiri. Tentang usir Setan-pun Yesus melaksanakannya kalau kita baca di Kitab Suci.
Dari beberapa hal di atas, kita mengetahui ternyata ada komunikasi (yang mungkin juga tidak langsung) antar manusia normal dengan makluk ciptaan lain. Sebagai contoh kita mengadakan merti dusun, untuk menyambung keselarasan masyarakat desa dengan para penunggu atau leluhur desa, kita adakan nyadran untuk memule bersama dengan para leluhur, bila malam jumat kita siapkan minum dan makan kesukaan keluarga kita yang sudah meninggal. Sebenarnya bisa saja kita minta diberitahu bagaimana sih kehidupan di alam sana, misal pada seseorang yang kesurupan (kemasukan roh lain yang sudah meninggal) baik dalam permainan kuda kepang, atau memang kesurupan yang saat ini banyak terjadi pada anak sekolah.
Lalu, apakah dengan tidak mengingkari hal-hal yang mistik yang penuh misteri itu, kita masuk dalam kategori mengikuti gugon tuhon? Ada baiknya kita mencoba menempatkannya secara bijak.
Dalam berbagai ritual yang menjadi kebiasaan adat, seyogyanya tetap kita ikuti. Memule atau mendoakan keluarga atau leluhur lain yang sudah meninggal, baik dalam pribadi, atau dalam wujud selamatan dengan para tetangga, atau nyadran bersama satu kelompok dusun. Karena di samping ujub tersebut, jalinan kekerabatan dengan lingkungan semakin erat. Memberi sesajen di tempat kerja, atau nyadran di dusun, tidak ada salahnya tetap kita pelihara, di samping melestarikan budaya, siapa tahu memang ada dampaknya bagi kelangsungan kegiatan kita. Misal kita punya sawah, biasanya diberi sesajen agar ikut dibantu usaha kita (oleh yang jaga?), karena lupa dari biasanya tidak kita siapkan, hasil karya kita dirusak misal gagal panen.
Namun hendaknya proses atau ritual tadi tidak sepenuhnya kita laksanakan tanpa meninggalkan iman. Prosesi dilakukan dengan tanggung jawab sebagai adat dan kebiasaan di masyarakat; tetapi landasan dasar dan utama adalah mengandalkan kuasa dari Roh Kudus. Roh Kudus tetap menjadi pegangan dan pengharapan kita. Roh kudus akan selalu membentengi kita dari roh-roh jahat lain yang berupaya menyusup lewat kegiatan-kegiatan tersebut.
Hendaknya kita juga tekun doa, apalagi saat berbenturan dengan ritual yang sebatas tipis dengan hal-hal misteri kehidupan.
Saya sampaikan mantra yang menjadi andalan Petrus Thukul :

In nomine Patris, et Filii, et Spiritus Sancti, Amen.

☻☺ Petrus Thukul


Tidak ada komentar: